Atlesta dan Sensualitas yang Memudar di Jakarta
Sekelumit tentang Fifan Christa yang kini makin dewasa.
Loading...
Di era 1990-an hingga awal 2000-an, MTV hadir di layar kaca sebagai “teman nongkrong” setiap sore. Dari MTV Most Wanted, Ampuh, hingga MTV Cribs, semuanya jadi ritual wajib sebelum era YouTube dan TikTok lahir. MTV memperkenalkan generasi milenial pada video musik, gaya hidup urban, dan cara baru menikmati musik secara visual.
Kini, nama MTV tinggal gema nostalgia, tapi pengaruhnya masih terasa dalam cara milenial mencintai musik. Ia adalah simbol masa ketika musik tak hanya terdengar, tapi juga terlihat dan dirasakan.
MTV sebagai Jendela Dunia Musik dan Budaya Pop
MTV adalah jendela menuju dunia musik global. Lewat channel ini, anak muda Indonesia pertama kali mengenal Nirvana, Britney Spears, Linkin Park, sampai Sheila on 7 yang juga tampil di MTV Indonesia. Musik bukan cuma didengar, tapi juga dilihat—lewat gaya, ekspresi, dan cerita di balik video klip. MTV mengajarkan bahwa musik punya identitas visual, bukan hanya nada. Di balik layar, MTV juga mempengaruhi tren budaya pop: dari cara berpakaian hingga cara berbicara. Bahkan, banyak generasi milenial yang terinspirasi memilih karier di dunia musik dan kreatif setelah menonton acara-acara MTV yang penuh energi dan kebebasan berekspresi. Lebih dari sekadar saluran musik, MTV menjadi simbol kebebasan berekspresi dan pembentuk selera yang melintasi batas negara. Ia mempertemukan musisi lokal dengan tren global, menciptakan ruang bagi anak muda untuk merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar—sebuah budaya pop dunia yang hidup dan bergerak bersama mereka.
Masa Ketika MTV Perlahan Mulai Menghilang
Sekitar awal 2010-an, perlahan MTV mulai meredup. Global TV yang sempat menayangkan MTV Indonesia menghentikan lisensinya, dan generasi berikutnya mulai berpindah ke YouTube serta platform digital lainnya. Dunia berubah cepat — lagu baru bisa viral dalam hitungan jam tanpa perlu tampil di TV. Saat itu, MTV kehilangan relevansinya di tengah arus streaming dan algoritma. Namun, hilangnya MTV juga menandai berakhirnya era di mana musik terasa eksklusif dan penuh antisipasi. Tak ada lagi momen menunggu chart mingguan atau berebut remote untuk menonton video klip favorit. Perubahan ini seperti memutus ikatan emosional antara penonton dan musik yang dulu terbangun lewat layar kaca. Bagi banyak milenial, berhentinya MTV bukan sekadar hilangnya saluran TV, tapi berakhirnya bab nostalgia yang tak tergantikan dalam perjalanan mereka mencintai musik.
Waktu dan Tempat Kini MTV berada
Dilansir dari Antara News, Paramount Global resmi menutup lima kanal musik MTV secara permanen pada 31 Desember 2025, termasuk MTV Music, MTV 80s, MTV 90s, Club MTV, dan MTV Live. Langkah ini menjadi bagian dari restrukturisasi besar yang menandai berakhirnya era MTV sebagai saluran musik global. Kini, MTV masih bertahan sebagai merek hiburan dengan fokus pada reality show dan konten budaya pop, bukan lagi video musik seperti dulu. Bagi anak milenial di Indonesia, “menunggu video di MTV” telah bergeser menjadi “scroll playlist di Spotify atau YouTube”, menggambarkan perubahan besar dalam cara generasi ini menikmati musik. Dengan hilangnya kanal musik tradisional, MTV kini lebih dikenal sebagai simbol nostalgia yang hidup di memori kolektif generasi 90-an. Di sisi lain, perubahan ini juga menunjukkan bagaimana budaya musik berevolusi: dari menunggu di depan layar kaca, menjadi kebebasan memilih di genggaman tangan.
Kedekatan Emosional Milenial dengan MTV
MTV hadir di masa ketika musik terasa personal. Kita menunggu lagu favorit muncul di chart, mencatat liriknya di buku, dan bahkan merekamnya di kaset VHS. MTV bukan hanya media, tapi ritual kolektif yang menyatukan anak muda dengan selera musik yang sama. Kini, saat semua serba instan, memori itu terasa hangat sekaligus langka. Ada rasa rindu setiap kali mendengar intro lagu lama yang dulu sering muncul di MTV Hits. Banyak milenial yang bahkan masih mengingat VJ favorit mereka dan cara khas mereka memperkenalkan video klip. MTV bukan hanya tentang musik, tapi tentang perasaan: momen di mana dunia terasa sederhana, dan setiap lagu punya kenangan yang tak tergantikan. Kenangan itu tetap hidup di hati generasi yang tumbuh bersamanya, seolah setiap nada masih memutar ulang masa-masa indah di depan layar MTV.
MTV Mengubah Cara Milenial Mencintai Musik
MTV menjadi jembatan antara musik dan gaya hidup, bukan sekadar saluran pemutar video klip. Ia memperkenalkan konsep bahwa musik bisa dilihat, bukan hanya didengar. Melalui MTV, milenial belajar bahwa citra seorang musisi bisa sekuat lagunya, dan visual menjadi bagian penting dari pengalaman bermusik. Dari situlah lahir ikon-ikon seperti Britney Spears, Linkin Park, dan Nirvana yang tidak hanya dikenal lewat suara, tapi juga gaya dan ekspresi. Dua dekade kemudian, pengaruh MTV masih terasa dalam dunia digital saat ini — dari cara kita menikmati video musik di YouTube hingga bagaimana artis membangun persona di media sosial. MTV mengubah selamanya cara generasi milenial memahami musik: bukan lagi sekadar nada, tapi budaya, gaya, dan cara hidup. Hingga kini, setiap kali musik dan visual berpadu sempurna, kita seolah kembali diingatkan pada warisan MTV yang tak pernah benar-benar hilang.
MTV mungkin telah pergi, tapi semangatnya masih hidup di setiap earphone dan nostalgia anak milenial. Karena pada akhirnya, MTV bukan cuma tentang musik—tapi tentang bagaimana kita tumbuh bersamanya. Dan di antara gema lagu-lagu lama, kita masih bisa menemukan sedikit bagian dari diri kita yang dulu menatap layar, menunggu musik favorit muncul di MTV. Kini, meski layar itu telah padam, ingatannya tetap menyala di hati mereka yang pernah hidup di eranya.
Sekelumit tentang Fifan Christa yang kini makin dewasa.
Refleksi dulu ygy~