Dalam kancah permusikan Internasional mungkin sudah menjadi rahasia umum bahwa musik K-POP dianggap oleh banyak penikmat musik sebagai musik yang monoton, hanya menonjolkan kecantikan, tidak memiliki ciri khas, dan sebagainya. Sebagai penggemar musik yang berasal dari Korea Selatan ini tentunya saya sangat tidak setuju dengan berbagai stereotip yang ditujukan pada K-POP. Banyak dari teman saya yang menganggap bahwa musik ini terdengar biasa, sama saja semuanya, bahkan paling kasar, personilnya operasi plastik. Saya yang mengikuti pergerakan K-POP sejak gen 2 tentu sangat tidak setuju dengan stereotip yang ada karena tentunya banyak dari mereka hanya melihat dari satu sisi dan tidak mengetahui sisi-sisi lain dari K-POP.
Salah satu personil girl group Twice, Chaeyoung, baru saja merilis album untuk solo project-nya pada 12 September 2025. Album yang diberi judul LIL FANTASY Vol. 1 ini berhasil membuat saya terpukau dengan track-track yang ada di dalamnya. Sebagai penggemar Twice sejak era debut mereka dengan single Like OOH-AHH, saya merasa bahwa versi solo dari Chaeyoung sangat berbanding terbalik dengan konsep yang diusung oleh Twice. Maka dari itu, saya menganggap bahwa album ini merupakan bentuk aktualisasi diri bagi Chaeyoung. Hal ini nampak mulai dari artwork album hingga seluruh track yang ada di dalam album ini.
Dari segi artwork, konsep yang dibawa cenderung menunjukkan suasana dreamy dengan Paduan warna yang suram tetapi bright. Komposisi artwork menunjukkan foto diri Chaeyoung yang sedang dalam posisi bertekuk lutut berbusana biru sambil membawa lilin. Yang menarik bagi saya ialah dalam artwork album ini, Chaeyoung tidak menunjukkan tato-tatonya secara terbuka. Kemungkinan ini merupakan ketentuan dari JYP Entertainment. Padahal sebelumnya, Chaeyoung sedikit membuat banyak penggemar terpesona ketika ia berani menunjukkan tato-tatonya. Meskipun demikian, dalam video klip dari beberapa track yang ada di dalam album ia tetap menunjukkan sedikit tato-tatonya. Inilah yang juga saya sebut sebagai bentuk aktualisasi dirinya karena ia ingin menunjukkan siapa “Chaeyoung” sebenarnya.
Track-track dalam album ini cenderung memiliki sound yang unik. Entah apa yang ingin saya sebut ketika mendengarkan setiap track yang ada. Tetapi, inilah yang membuat solo project dari Chaeyoung menjadi unik. Karena setiap track cenderung mempunyai suara yang berbeda-beda. Instrumen-instrumen yang ada di dalam album ini mengingatkan saya pada musik-musik neo-psychedelic seperti Melody’s Echo Chamber hingga Tame Impala. Musik yang ada juga memiliki paduan chamber pop seperti Luna Li. Musik-musik yang memiliki kemiripan dengan beberapa musisi yang saya sebut tadi inilah yang membuat saya terkagum dan jatuh cinta dengan solo project dari Chaeyoung. Aktualisasi diri ini terlihat dari bagaimana Chaeyoung ingin menunjukkan sisi personalnya melalui musik yang diciptakannya. Ia juga secara tidak langsung mematahkan stereotype khalayak ramai terhadap K-POP. Yang awalnya K-POP identik dengan konsep yang cute dan cenderung monoton, seakan runtuh dengan kehadiran LIL FANTASY Vol. 1 yang membawa konsep psychedelia. Sebagai pentup, saya memberi saran bagi pembaca untuk mendengarkan salah satu track yang berjudul Avocado. Track ini merupakan hasil kolaborasi dengan grup alternative asal Jepang, Gliiico, yang memiliki kesan dreamy ambience melalui alunan gitar dan instrumen lainnya.